Pages

Monday, June 16, 2014

Sebuah Kisah - Istri yang sabar



 Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta'ala, karena rahmat dan karunia-Nya penulis masih bisa menulis dan membagi kisah-kisah inspiratif dari belakang layar.Ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala kadang berada di atas dan kadang berada di bawah. untuk itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk menjaga hati dan berdoa agar ditetapkan hati kita atas ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
sebuah kisah, sebuah renungan untuk para saudariku diluar sana yang sudah menikah. jadilah istri yang qonaah dan sabar. 
SEBUAH KISAH - ISTRI YANG SABAR

Saat cinta memenuhi hati, pastilah memercik pada perilaku manusia. Cinta yang paling tinggi, paling luhur, paling suci, dan paling manis adalah cinta kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Cinta kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan Cinta karena Allah subhanahu wa ta'ala.
                Alkisah, ada seorang wanita muda yang cantik. Cantik bagaikan bunga. Dia menikah dengan seorang laki-laki yang menurutnya bias mengumpulkan dunia untuknya. Hidup mereka berjalan memutar, dan laki-laki itu mulai kelihatan belangnya. Topeng buruknya terkuak semakin banyak, dari hari ke hari sampai akhirnya wanita itu mendapatkan anugerah dari Allah subhanahu wa ta'ala, dan mengetahui jalan hidayah melalui sahabat-sahabatnya. Laki – laki itu bersikap sangat keterlaluan, bahkan terhadap dirinya sendiri. Dia melalaikan Allah subhanahu wa ta'ala, tidak menghiraukan ajaran-ajaran agama, dan melakukan banyak pelanggaran, yang membuatnya layak mendapat murka Allah subhanahu wa ta'ala.
                Wanita itu merasakan dunia yang luas ini menjadi sempit. Dia mengalami kebingungan dalam menghadapi masalahnya ini. Apalagi semua usahanya untuk menasehatinya, menyadarkannya, bahkan bertengkar dengannya telah gagal total. Sebagian keluarganya menyarankan agar ia meninggalkan suaminya, begitu juga dengan sahabat-sahabatnya. Bahkan mereka mendesaknya agar segera melakukan hal itu.tapi dia menolak mentah-mentah dan berkata di dalam hati, “aku menikah dengan dia karena mengharapkan kekayaan dia. Lalu setelah aku mengetahui jalan hidayah, aku harus meninggalkannya? Tidak,tidak akan! Justru aku akan meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Aku akan menambah cintaku, perhatianku, dan kasih sayangku kepadanya. Dan aku bertekad untuk mengubah sikapku terhadapnya. Aku akan berusaha keras untuk memberikan aneka ragam seni interaksi kepadanya dengan sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya dariku. Dan pada saat yang sama, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetuk pintu langit, dengan sekuat tenaga tanpa adanya bosan. Aku akan memperkuat hubunganku dengan Allah subhanahu wa ta'ala ya mungkin, dengan cara beribadah, meningkatkan kadarnya, selalu berdoa, selalu tunduk dan patuh, melaksankan perintah-Nya, perbanyak sedekah, dsb. Mungkin ini bias menjadi sebuah wasilah, sebuah perantara kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Agar berkenan membantuku dalam mencapai apa yang aku inginkan. Aku akan tabah menghadapi kebodohannya dan sikapnya yang keras kepala. Serta apa saja yang mungkin dilakukan terhadapku. Aku hanya akan melakukan apa yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
                Beberapa bulan yang kering telah berlalu. Sementara langit wanita itu tidak menunjukkan tanda – tanda terbitnya. Akan tetapi ia tetap bertekad akan tetap melanjutkan tekadnya sampai akhir. Sehingga Allah subhanahu wa ta'ala memutuskan sesuatu yang harus dilakukan. Dia berjalan di atas dua jalur yang sejajar. Dia merubah siasatnya dalam menghadapi suaminya. Dia mengganti pendekatan nasihat secara langsung dengan mengalirkan topic topic yang bisa dibaca / didengarkan agar bisa sampai ke dalam hatinya. Atau secara implicit dia bisa menunjukkan akibat buruk yang dialami oleh banyak orang yang berpaling dari Allah azza wa jala. Dan siasat siasat yang lainnya, adalah dia meningkatkan ibadah kepada Allah. Melalui ibadah – ibadah sunnah, merendahkan diri, menangis, dan mengucurkan air mata di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala.
                Setelah mendapatkan hidayah dari Allah subhanahu wa ta'ala, setelah mata batinnya diterangi cahaya oleh Allah subhanahu wa ta'ala, dan setelah hatinya bersinar terang. Suaminyapun berkata : “ Istriku sangat berjasa dalam mengupayakan hidayah untukku. Dan mengeluarkan aku dari gelapnya kelalaian dan kesesatan. Ia benar – benar sabar dalam menghadapiku dan terus berusaha untuk tetap tabah. Ia berjuang kerasa dalam menghadapiku, seperti perjuangan seorang dokter spesialis dalam menghadapi pasien kritis yang hampir mati. Sementara dia berjuang keras untuk memperhatikan hidupnya, ia telah menunjukkan berbagai macam kesabaran, sementara ia juga berusaha membimbingku sedikit demi sedikit. Hal itu dilakukannya sampai saat dia dapat membuka hatiku untuk menerima cahaya dari Allah subhanahu wa ta'ala. Akupun meninggalkan semua kebiasaan masa laluku demi mengharapkan ridha alloh terhadapku. Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta'ala, Rabb semesta alam. Dan semogaAllah subhanahu wa ta'ala berkenan memberikan balasan atas jasa istriku tercinta.
Wallahu’alam

Thursday, October 10, 2013

Belajar Ketegaran dari Violetta





Ini adalah perjalanan hidup Violetta, seorang mualaf yang pandai memandang perjalanan hidup sebagai pelajaran berharga. Sebuah perjalanan berhiaskan perjuangan yang memberi pelajaran bagi setiap orang yang juga berusaha menghargai ujian kehidupan.

Berikut adalah hikmah ketegaran yang disampaikan oleh Violetta, dalam rangkaian kata-katanya sendiri, [dengan pengeditan seperlunya], yang dibagikan oleh Youth Group.
Assalamu’alaykum,
Halo semua, saya akan membagi pengalaman saya kepada kalian. Saya menjalani hidup yang sangat sederhana dengan hal-hal sederhana dan indah, dan saya senang membuat orang bahagia. Jadi, saya akan membagi kisah saya kepada kalian.
Pertama-tama, bayangkanlah seorang gadis kecil yatim piatu berusia 10 tahun di Rumania. Ia menangis di sebuah ruangan kecil yang sangat dingin dan gelap. Ia tidur di lantai tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.
Setiap malam, di lantai kotor berbau dan penuh sampah, ia memimpikan memiliki sepotong roti karena ia merasa sangat lapar. Air matanya terus berlinang dan baru berhenti sekitar tengah malam ketika tubuhnya merasa begitu lelah. Tubuhnya dipenuhi dengan luka. Hatinya pun bertanya-tanya mengapa orang-orang [di panti asuhan] ini suka memukulinya dengan begitu keras setiap hari.
Melalui jendela, gadis kecil ini sangat senang melihat salju turun. Ia berusaha menikmati musim dingin dari dalam ruangan yang dingin itu, meskipun ia merasa seperti berada di dalam sangkar. Dari jendelanya, gadis kecil ini menyaksikan musim dingin di mana terlihat banyak rumah telah dihiasi lampu-lampu Natal yang bersinar begitu terang.
Ia tidak pernah tahu bagaimana rasa coklat ataupun jeruk. Gadis kecil ini tidak pernah mendapatkan hadiah Natal maupun sebuah boneka kecil, karena dulu ibunya sangat miskin. Ya, tidak pernah! Ia memandang ke luar jendela dan berkhayal bahwa pada suatu hari ia akan berada di bawah Pohon Natal dan membuka hadiah miliknya sendiri. Ia berada di panti asuhan itu karena ibu yang merawatnya meninggal dunia pada usia yang sangat muda. Setelah itu, hidup gadis ini pun berubah selamanya, ia berada di satu dunia yang dingin dan buruk.
Kala itu, tahun 1988, Rumania adalah sebuah negara komunis yang tidak memiliki kebebasan. Gadis kecil ini adalah saya, Violetta. Bagaimanapun, saya sangat senang bertemu dengan saudari-saudari saya di panti asuhan itu. Ya, saudari-saudari saya di panti asuhan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, sementara para guru di sana sering memukuli kami tanpa alasan.
Bahkan mandi pun menjadi hal yang menakutkan bagi kami setiap hari Sabtu, karena airnya terasa begitu dingin, dan kami tidak pernah boleh menggunakan air hangat. Ya, saya masihlah seorang anak kecil yang muda dan tak berdosa kala itu. Seorang anak yang bekerja keras di kebun sekolah panti asuhan setiap hari. Bekerja dalam keadaan lapar, mulai pukul 5 pagi sampai pukul 5 atau 6 sore, saya hanya makan satu buah apel dan minum sedikit air.
Dulu kaki saya sering berdarah dan terasa sangat sakit terutama di bagian kuku, karena sepatu saya yang kekecilan. Sehingga bekerja di kebun sepanjang haripun menjadi terasa sangat menyakitkan, oh Tuhan, seperti mimpi buruk. Jari-jari dan kaki saya terasa sakit karena saya selalu memakai sepatu yang kecil. Saya tidak pernah diberikan sepatu yang muat dan sesuai ukuran kaki saya. Punggung saya pun terasa begitu sakit karena sebagai seorang anak kecil, saya telah melakukan semua pekerjaan berat.
Di panti asuhan itu, saya merasa seperti seorang budak bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Saya sangat menyesal [mengatakan ini], tapi sayangnya, itulah Rumania pada saat itu. Begitu menyedihkan! Beberapa kali saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya mungkin akan [segera] mati.
Saya merasakan penderitaan selama berada di sana, hidup sendirian dalam ketakutan, lapar, haus dan air mata setiap malam. Dan saya hanya berusaha untuk memiliki iman yang luar biasa terhadap Tuhan dan Yesus, “Tuhan” kami [saat itu].
Di tengah penderitaan dan lautan air mata serta kesedihan, saya kemudian menemukan cahaya ISLAM. Maka, bangkitlah! Bahkan bila kalian merasakan depresi maupun merasakan cinta setiap harinya. Dan bersyukurlah kepada Allah, nikmatilah matahari dan cintailah hujan, nikmatilah kekayaan dan cintailah kemiskinan, menjadi kuatlah dan bersyukurlah untuk segala yang kalian miliki. Karena hidup begitu singkat dan jangan sampai terlambat untuk mencintai diri kalian sendiri.
Saya telah menikah dengan seorang pemuda ketika saya masih berusia 18 tahun, tetapi sayangnya kami telah berpisah sekarang. Saya membesarkan dua anak saya dengan kesulitan yang sangat, tapi saya bangga! Mereka adalah cahaya hidup saya. Saya adalah seorang ibu yang bangga dengan seorang anak gadis berusia 14 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang saya sayangi. Pernikahan saya memang penuh dengan air mata, tapi bagi saya ini saatnya menjalani bab dua dalam hidup saya.
Pernikahan saya memang penuh dengan penderitaan dan air mata. Dalam waktu luang saya, saya membersihkan rumah orang lain untuk memperoleh sedikit uang. Namun, saya terus berdoa kepada Allah. Saya senang bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman hidup saya dan membantu orang-orang yang merasakan kelaparan.
Saya, Violetta, adalah seorang mualaf yang baru memeluk Islam. Saya mengucapkan syahadat saya pada 4 bulan yang lalu, dan saya merasa begitu bahagia.
Saya tidak mengeluhkan hidup saya. Saya bangga dan memiliki harapan untuk hari esok, bahkan ketika merasakan sakit, depresi, kecemasan atau hal-hal sedih lainnya, Allah ada, menunggumu, maka bukalah hatimu! Dan dengarlah seruan-Nya terhadap orang-orang yang Dia cintai! Dekatilah Dia, beritahu pada-Nya berapa banyak tangisanmu dan berapa banyak rasa sakit yang kau tanggung. Selalu ada kedamaian, selalu ada cinta. Kalian akan menemukan cinta dan kedamaian itu. Dan yang paling utama ialah, kalian akan diselamatkan. -

See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/belajar-ketegaran-violetta.html#sthash.IengcmiJ.dpufasdad


Belajar ketegaran dari seorang Violetta

Kamis, 5 Zulhijjah 1434 H / 10 Oktober 2013 13:30

Belajar ketegaran dari seorang Violetta
Violetta
Ini adalah perjalanan hidup Violetta, seorang mualaf yang pandai memandang perjalanan hidup sebagai pelajaran berharga. Sebuah perjalanan berhiaskan perjuangan yang memberi pelajaran bagi setiap orang yang juga berusaha menghargai ujian kehidupan.
Berikut adalah hikmah ketegaran yang disampaikan oleh Violetta, dalam rangkaian kata-katanya sendiri, [dengan pengeditan seperlunya], yang dibagikan oleh Youth Group.
Assalamu’alaykum,
Halo semua, saya akan membagi pengalaman saya kepada kalian. Saya menjalani hidup yang sangat sederhana dengan hal-hal sederhana dan indah, dan saya senang membuat orang bahagia. Jadi, saya akan membagi kisah saya kepada kalian.
Pertama-tama, bayangkanlah seorang gadis kecil yatim piatu berusia 10 tahun di Rumania. Ia menangis di sebuah ruangan kecil yang sangat dingin dan gelap. Ia tidur di lantai tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.
Setiap malam, di lantai kotor berbau dan penuh sampah, ia memimpikan memiliki sepotong roti karena ia merasa sangat lapar. Air matanya terus berlinang dan baru berhenti sekitar tengah malam ketika tubuhnya merasa begitu lelah. Tubuhnya dipenuhi dengan luka. Hatinya pun bertanya-tanya mengapa orang-orang [di panti asuhan] ini suka memukulinya dengan begitu keras setiap hari.
Melalui jendela, gadis kecil ini sangat senang melihat salju turun. Ia berusaha menikmati musim dingin dari dalam ruangan yang dingin itu, meskipun ia merasa seperti berada di dalam sangkar. Dari jendelanya, gadis kecil ini menyaksikan musim dingin di mana terlihat banyak rumah telah dihiasi lampu-lampu Natal yang bersinar begitu terang.
Ia tidak pernah tahu bagaimana rasa coklat ataupun jeruk. Gadis kecil ini tidak pernah mendapatkan hadiah Natal maupun sebuah boneka kecil, karena dulu ibunya sangat miskin. Ya, tidak pernah! Ia memandang ke luar jendela dan berkhayal bahwa pada suatu hari ia akan berada di bawah Pohon Natal dan membuka hadiah miliknya sendiri. Ia berada di panti asuhan itu karena ibu yang merawatnya meninggal dunia pada usia yang sangat muda. Setelah itu, hidup gadis ini pun berubah selamanya, ia berada di satu dunia yang dingin dan buruk.
Kala itu, tahun 1988, Rumania adalah sebuah negara komunis yang tidak memiliki kebebasan. Gadis kecil ini adalah saya, Violetta. Bagaimanapun, saya sangat senang bertemu dengan saudari-saudari saya di panti asuhan itu. Ya, saudari-saudari saya di panti asuhan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, sementara para guru di sana sering memukuli kami tanpa alasan.
Bahkan mandi pun menjadi hal yang menakutkan bagi kami setiap hari Sabtu, karena airnya terasa begitu dingin, dan kami tidak pernah boleh menggunakan air hangat. Ya, saya masihlah seorang anak kecil yang muda dan tak berdosa kala itu. Seorang anak yang bekerja keras di kebun sekolah panti asuhan setiap hari. Bekerja dalam keadaan lapar, mulai pukul 5 pagi sampai pukul 5 atau 6 sore, saya hanya makan satu buah apel dan minum sedikit air.
Dulu kaki saya sering berdarah dan terasa sangat sakit terutama di bagian kuku, karena sepatu saya yang kekecilan. Sehingga bekerja di kebun sepanjang haripun menjadi terasa sangat menyakitkan, oh Tuhan, seperti mimpi buruk. Jari-jari dan kaki saya terasa sakit karena saya selalu memakai sepatu yang kecil. Saya tidak pernah diberikan sepatu yang muat dan sesuai ukuran kaki saya. Punggung saya pun terasa begitu sakit karena sebagai seorang anak kecil, saya telah melakukan semua pekerjaan berat.
Di panti asuhan itu, saya merasa seperti seorang budak bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Saya sangat menyesal [mengatakan ini], tapi sayangnya, itulah Rumania pada saat itu. Begitu menyedihkan! Beberapa kali saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya mungkin akan [segera] mati.
Saya merasakan penderitaan selama berada di sana, hidup sendirian dalam ketakutan, lapar, haus dan air mata setiap malam. Dan saya hanya berusaha untuk memiliki iman yang luar biasa terhadap Tuhan dan Yesus, “Tuhan” kami [saat itu].
Di tengah penderitaan dan lautan air mata serta kesedihan, saya kemudian menemukan cahaya ISLAM. Maka, bangkitlah! Bahkan bila kalian merasakan depresi maupun merasakan cinta setiap harinya. Dan bersyukurlah kepada Allah, nikmatilah matahari dan cintailah hujan, nikmatilah kekayaan dan cintailah kemiskinan, menjadi kuatlah dan bersyukurlah untuk segala yang kalian miliki. Karena hidup begitu singkat dan jangan sampai terlambat untuk mencintai diri kalian sendiri.
Saya telah menikah dengan seorang pemuda ketika saya masih berusia 18 tahun, tetapi sayangnya kami telah berpisah sekarang. Saya membesarkan dua anak saya dengan kesulitan yang sangat, tapi saya bangga! Mereka adalah cahaya hidup saya. Saya adalah seorang ibu yang bangga dengan seorang anak gadis berusia 14 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang saya sayangi. Pernikahan saya memang penuh dengan air mata, tapi bagi saya ini saatnya menjalani bab dua dalam hidup saya.
Pernikahan saya memang penuh dengan penderitaan dan air mata. Dalam waktu luang saya, saya membersihkan rumah orang lain untuk memperoleh sedikit uang. Namun, saya terus berdoa kepada Allah. Saya senang bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman hidup saya dan membantu orang-orang yang merasakan kelaparan.
Saya, Violetta, adalah seorang mualaf yang baru memeluk Islam. Saya mengucapkan syahadat saya pada 4 bulan yang lalu, dan saya merasa begitu bahagia.
Saya tidak mengeluhkan hidup saya. Saya bangga dan memiliki harapan untuk hari esok, bahkan ketika merasakan sakit, depresi, kecemasan atau hal-hal sedih lainnya, Allah ada, menunggumu, maka bukalah hatimu! Dan dengarlah seruan-Nya terhadap orang-orang yang Dia cintai! Dekatilah Dia, beritahu pada-Nya berapa banyak tangisanmu dan berapa banyak rasa sakit yang kau tanggung. Selalu ada kedamaian, selalu ada cinta. Kalian akan menemukan cinta dan kedamaian itu. Dan yang paling utama ialah, kalian akan diselamatkan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/belajar-ketegaran-violetta.html#sthash.IengcmiJ.dpuf



Belajar ketegaran dari seorang Violetta

Kamis, 5 Zulhijjah 1434 H / 10 Oktober 2013 13:30

Belajar ketegaran dari seorang Violetta
Violetta
Ini adalah perjalanan hidup Violetta, seorang mualaf yang pandai memandang perjalanan hidup sebagai pelajaran berharga. Sebuah perjalanan berhiaskan perjuangan yang memberi pelajaran bagi setiap orang yang juga berusaha menghargai ujian kehidupan.
Berikut adalah hikmah ketegaran yang disampaikan oleh Violetta, dalam rangkaian kata-katanya sendiri, [dengan pengeditan seperlunya], yang dibagikan oleh Youth Group.
Assalamu’alaykum,
Halo semua, saya akan membagi pengalaman saya kepada kalian. Saya menjalani hidup yang sangat sederhana dengan hal-hal sederhana dan indah, dan saya senang membuat orang bahagia. Jadi, saya akan membagi kisah saya kepada kalian.
Pertama-tama, bayangkanlah seorang gadis kecil yatim piatu berusia 10 tahun di Rumania. Ia menangis di sebuah ruangan kecil yang sangat dingin dan gelap. Ia tidur di lantai tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.
Setiap malam, di lantai kotor berbau dan penuh sampah, ia memimpikan memiliki sepotong roti karena ia merasa sangat lapar. Air matanya terus berlinang dan baru berhenti sekitar tengah malam ketika tubuhnya merasa begitu lelah. Tubuhnya dipenuhi dengan luka. Hatinya pun bertanya-tanya mengapa orang-orang [di panti asuhan] ini suka memukulinya dengan begitu keras setiap hari.
Melalui jendela, gadis kecil ini sangat senang melihat salju turun. Ia berusaha menikmati musim dingin dari dalam ruangan yang dingin itu, meskipun ia merasa seperti berada di dalam sangkar. Dari jendelanya, gadis kecil ini menyaksikan musim dingin di mana terlihat banyak rumah telah dihiasi lampu-lampu Natal yang bersinar begitu terang.
Ia tidak pernah tahu bagaimana rasa coklat ataupun jeruk. Gadis kecil ini tidak pernah mendapatkan hadiah Natal maupun sebuah boneka kecil, karena dulu ibunya sangat miskin. Ya, tidak pernah! Ia memandang ke luar jendela dan berkhayal bahwa pada suatu hari ia akan berada di bawah Pohon Natal dan membuka hadiah miliknya sendiri. Ia berada di panti asuhan itu karena ibu yang merawatnya meninggal dunia pada usia yang sangat muda. Setelah itu, hidup gadis ini pun berubah selamanya, ia berada di satu dunia yang dingin dan buruk.
Kala itu, tahun 1988, Rumania adalah sebuah negara komunis yang tidak memiliki kebebasan. Gadis kecil ini adalah saya, Violetta. Bagaimanapun, saya sangat senang bertemu dengan saudari-saudari saya di panti asuhan itu. Ya, saudari-saudari saya di panti asuhan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, sementara para guru di sana sering memukuli kami tanpa alasan.
Bahkan mandi pun menjadi hal yang menakutkan bagi kami setiap hari Sabtu, karena airnya terasa begitu dingin, dan kami tidak pernah boleh menggunakan air hangat. Ya, saya masihlah seorang anak kecil yang muda dan tak berdosa kala itu. Seorang anak yang bekerja keras di kebun sekolah panti asuhan setiap hari. Bekerja dalam keadaan lapar, mulai pukul 5 pagi sampai pukul 5 atau 6 sore, saya hanya makan satu buah apel dan minum sedikit air.
Dulu kaki saya sering berdarah dan terasa sangat sakit terutama di bagian kuku, karena sepatu saya yang kekecilan. Sehingga bekerja di kebun sepanjang haripun menjadi terasa sangat menyakitkan, oh Tuhan, seperti mimpi buruk. Jari-jari dan kaki saya terasa sakit karena saya selalu memakai sepatu yang kecil. Saya tidak pernah diberikan sepatu yang muat dan sesuai ukuran kaki saya. Punggung saya pun terasa begitu sakit karena sebagai seorang anak kecil, saya telah melakukan semua pekerjaan berat.
Di panti asuhan itu, saya merasa seperti seorang budak bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Saya sangat menyesal [mengatakan ini], tapi sayangnya, itulah Rumania pada saat itu. Begitu menyedihkan! Beberapa kali saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya mungkin akan [segera] mati.
Saya merasakan penderitaan selama berada di sana, hidup sendirian dalam ketakutan, lapar, haus dan air mata setiap malam. Dan saya hanya berusaha untuk memiliki iman yang luar biasa terhadap Tuhan dan Yesus, “Tuhan” kami [saat itu].
Di tengah penderitaan dan lautan air mata serta kesedihan, saya kemudian menemukan cahaya ISLAM. Maka, bangkitlah! Bahkan bila kalian merasakan depresi maupun merasakan cinta setiap harinya. Dan bersyukurlah kepada Allah, nikmatilah matahari dan cintailah hujan, nikmatilah kekayaan dan cintailah kemiskinan, menjadi kuatlah dan bersyukurlah untuk segala yang kalian miliki. Karena hidup begitu singkat dan jangan sampai terlambat untuk mencintai diri kalian sendiri.
Saya telah menikah dengan seorang pemuda ketika saya masih berusia 18 tahun, tetapi sayangnya kami telah berpisah sekarang. Saya membesarkan dua anak saya dengan kesulitan yang sangat, tapi saya bangga! Mereka adalah cahaya hidup saya. Saya adalah seorang ibu yang bangga dengan seorang anak gadis berusia 14 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang saya sayangi. Pernikahan saya memang penuh dengan air mata, tapi bagi saya ini saatnya menjalani bab dua dalam hidup saya.
Pernikahan saya memang penuh dengan penderitaan dan air mata. Dalam waktu luang saya, saya membersihkan rumah orang lain untuk memperoleh sedikit uang. Namun, saya terus berdoa kepada Allah. Saya senang bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman hidup saya dan membantu orang-orang yang merasakan kelaparan.
Saya, Violetta, adalah seorang mualaf yang baru memeluk Islam. Saya mengucapkan syahadat saya pada 4 bulan yang lalu, dan saya merasa begitu bahagia.
Saya tidak mengeluhkan hidup saya. Saya bangga dan memiliki harapan untuk hari esok, bahkan ketika merasakan sakit, depresi, kecemasan atau hal-hal sedih lainnya, Allah ada, menunggumu, maka bukalah hatimu! Dan dengarlah seruan-Nya terhadap orang-orang yang Dia cintai! Dekatilah Dia, beritahu pada-Nya berapa banyak tangisanmu dan berapa banyak rasa sakit yang kau tanggung. Selalu ada kedamaian, selalu ada cinta. Kalian akan menemukan cinta dan kedamaian itu. Dan yang paling utama ialah, kalian akan diselamatkan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/belajar-ketegaran-violetta.html#sthash.IengcmiJ.dpuf



Belajar ketegaran dari seorang Violetta

Kamis, 5 Zulhijjah 1434 H / 10 Oktober 2013 13:30

Belajar ketegaran dari seorang Violetta
Violetta
Ini adalah perjalanan hidup Violetta, seorang mualaf yang pandai memandang perjalanan hidup sebagai pelajaran berharga. Sebuah perjalanan berhiaskan perjuangan yang memberi pelajaran bagi setiap orang yang juga berusaha menghargai ujian kehidupan.
Berikut adalah hikmah ketegaran yang disampaikan oleh Violetta, dalam rangkaian kata-katanya sendiri, [dengan pengeditan seperlunya], yang dibagikan oleh Youth Group.
Assalamu’alaykum,
Halo semua, saya akan membagi pengalaman saya kepada kalian. Saya menjalani hidup yang sangat sederhana dengan hal-hal sederhana dan indah, dan saya senang membuat orang bahagia. Jadi, saya akan membagi kisah saya kepada kalian.
Pertama-tama, bayangkanlah seorang gadis kecil yatim piatu berusia 10 tahun di Rumania. Ia menangis di sebuah ruangan kecil yang sangat dingin dan gelap. Ia tidur di lantai tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.
Setiap malam, di lantai kotor berbau dan penuh sampah, ia memimpikan memiliki sepotong roti karena ia merasa sangat lapar. Air matanya terus berlinang dan baru berhenti sekitar tengah malam ketika tubuhnya merasa begitu lelah. Tubuhnya dipenuhi dengan luka. Hatinya pun bertanya-tanya mengapa orang-orang [di panti asuhan] ini suka memukulinya dengan begitu keras setiap hari.
Melalui jendela, gadis kecil ini sangat senang melihat salju turun. Ia berusaha menikmati musim dingin dari dalam ruangan yang dingin itu, meskipun ia merasa seperti berada di dalam sangkar. Dari jendelanya, gadis kecil ini menyaksikan musim dingin di mana terlihat banyak rumah telah dihiasi lampu-lampu Natal yang bersinar begitu terang.
Ia tidak pernah tahu bagaimana rasa coklat ataupun jeruk. Gadis kecil ini tidak pernah mendapatkan hadiah Natal maupun sebuah boneka kecil, karena dulu ibunya sangat miskin. Ya, tidak pernah! Ia memandang ke luar jendela dan berkhayal bahwa pada suatu hari ia akan berada di bawah Pohon Natal dan membuka hadiah miliknya sendiri. Ia berada di panti asuhan itu karena ibu yang merawatnya meninggal dunia pada usia yang sangat muda. Setelah itu, hidup gadis ini pun berubah selamanya, ia berada di satu dunia yang dingin dan buruk.
Kala itu, tahun 1988, Rumania adalah sebuah negara komunis yang tidak memiliki kebebasan. Gadis kecil ini adalah saya, Violetta. Bagaimanapun, saya sangat senang bertemu dengan saudari-saudari saya di panti asuhan itu. Ya, saudari-saudari saya di panti asuhan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, sementara para guru di sana sering memukuli kami tanpa alasan.
Bahkan mandi pun menjadi hal yang menakutkan bagi kami setiap hari Sabtu, karena airnya terasa begitu dingin, dan kami tidak pernah boleh menggunakan air hangat. Ya, saya masihlah seorang anak kecil yang muda dan tak berdosa kala itu. Seorang anak yang bekerja keras di kebun sekolah panti asuhan setiap hari. Bekerja dalam keadaan lapar, mulai pukul 5 pagi sampai pukul 5 atau 6 sore, saya hanya makan satu buah apel dan minum sedikit air.
Dulu kaki saya sering berdarah dan terasa sangat sakit terutama di bagian kuku, karena sepatu saya yang kekecilan. Sehingga bekerja di kebun sepanjang haripun menjadi terasa sangat menyakitkan, oh Tuhan, seperti mimpi buruk. Jari-jari dan kaki saya terasa sakit karena saya selalu memakai sepatu yang kecil. Saya tidak pernah diberikan sepatu yang muat dan sesuai ukuran kaki saya. Punggung saya pun terasa begitu sakit karena sebagai seorang anak kecil, saya telah melakukan semua pekerjaan berat.
Di panti asuhan itu, saya merasa seperti seorang budak bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Saya sangat menyesal [mengatakan ini], tapi sayangnya, itulah Rumania pada saat itu. Begitu menyedihkan! Beberapa kali saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya mungkin akan [segera] mati.
Saya merasakan penderitaan selama berada di sana, hidup sendirian dalam ketakutan, lapar, haus dan air mata setiap malam. Dan saya hanya berusaha untuk memiliki iman yang luar biasa terhadap Tuhan dan Yesus, “Tuhan” kami [saat itu].
Di tengah penderitaan dan lautan air mata serta kesedihan, saya kemudian menemukan cahaya ISLAM. Maka, bangkitlah! Bahkan bila kalian merasakan depresi maupun merasakan cinta setiap harinya. Dan bersyukurlah kepada Allah, nikmatilah matahari dan cintailah hujan, nikmatilah kekayaan dan cintailah kemiskinan, menjadi kuatlah dan bersyukurlah untuk segala yang kalian miliki. Karena hidup begitu singkat dan jangan sampai terlambat untuk mencintai diri kalian sendiri.
Saya telah menikah dengan seorang pemuda ketika saya masih berusia 18 tahun, tetapi sayangnya kami telah berpisah sekarang. Saya membesarkan dua anak saya dengan kesulitan yang sangat, tapi saya bangga! Mereka adalah cahaya hidup saya. Saya adalah seorang ibu yang bangga dengan seorang anak gadis berusia 14 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang saya sayangi. Pernikahan saya memang penuh dengan air mata, tapi bagi saya ini saatnya menjalani bab dua dalam hidup saya.
Pernikahan saya memang penuh dengan penderitaan dan air mata. Dalam waktu luang saya, saya membersihkan rumah orang lain untuk memperoleh sedikit uang. Namun, saya terus berdoa kepada Allah. Saya senang bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman hidup saya dan membantu orang-orang yang merasakan kelaparan.
Saya, Violetta, adalah seorang mualaf yang baru memeluk Islam. Saya mengucapkan syahadat saya pada 4 bulan yang lalu, dan saya merasa begitu bahagia.
Saya tidak mengeluhkan hidup saya. Saya bangga dan memiliki harapan untuk hari esok, bahkan ketika merasakan sakit, depresi, kecemasan atau hal-hal sedih lainnya, Allah ada, menunggumu, maka bukalah hatimu! Dan dengarlah seruan-Nya terhadap orang-orang yang Dia cintai! Dekatilah Dia, beritahu pada-Nya berapa banyak tangisanmu dan berapa banyak rasa sakit yang kau tanggung. Selalu ada kedamaian, selalu ada cinta. Kalian akan menemukan cinta dan kedamaian itu. Dan yang paling utama ialah, kalian akan diselamatkan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/belajar-ketegaran-violetta.html#sthash.IengcmiJ.dpuf



Belajar ketegaran dari seorang Violetta

Kamis, 5 Zulhijjah 1434 H / 10 Oktober 2013 13:30

Belajar ketegaran dari seorang Violetta
Violetta
Ini adalah perjalanan hidup Violetta, seorang mualaf yang pandai memandang perjalanan hidup sebagai pelajaran berharga. Sebuah perjalanan berhiaskan perjuangan yang memberi pelajaran bagi setiap orang yang juga berusaha menghargai ujian kehidupan.
Berikut adalah hikmah ketegaran yang disampaikan oleh Violetta, dalam rangkaian kata-katanya sendiri, [dengan pengeditan seperlunya], yang dibagikan oleh Youth Group.
Assalamu’alaykum,
Halo semua, saya akan membagi pengalaman saya kepada kalian. Saya menjalani hidup yang sangat sederhana dengan hal-hal sederhana dan indah, dan saya senang membuat orang bahagia. Jadi, saya akan membagi kisah saya kepada kalian.
Pertama-tama, bayangkanlah seorang gadis kecil yatim piatu berusia 10 tahun di Rumania. Ia menangis di sebuah ruangan kecil yang sangat dingin dan gelap. Ia tidur di lantai tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.
Setiap malam, di lantai kotor berbau dan penuh sampah, ia memimpikan memiliki sepotong roti karena ia merasa sangat lapar. Air matanya terus berlinang dan baru berhenti sekitar tengah malam ketika tubuhnya merasa begitu lelah. Tubuhnya dipenuhi dengan luka. Hatinya pun bertanya-tanya mengapa orang-orang [di panti asuhan] ini suka memukulinya dengan begitu keras setiap hari.
Melalui jendela, gadis kecil ini sangat senang melihat salju turun. Ia berusaha menikmati musim dingin dari dalam ruangan yang dingin itu, meskipun ia merasa seperti berada di dalam sangkar. Dari jendelanya, gadis kecil ini menyaksikan musim dingin di mana terlihat banyak rumah telah dihiasi lampu-lampu Natal yang bersinar begitu terang.
Ia tidak pernah tahu bagaimana rasa coklat ataupun jeruk. Gadis kecil ini tidak pernah mendapatkan hadiah Natal maupun sebuah boneka kecil, karena dulu ibunya sangat miskin. Ya, tidak pernah! Ia memandang ke luar jendela dan berkhayal bahwa pada suatu hari ia akan berada di bawah Pohon Natal dan membuka hadiah miliknya sendiri. Ia berada di panti asuhan itu karena ibu yang merawatnya meninggal dunia pada usia yang sangat muda. Setelah itu, hidup gadis ini pun berubah selamanya, ia berada di satu dunia yang dingin dan buruk.
Kala itu, tahun 1988, Rumania adalah sebuah negara komunis yang tidak memiliki kebebasan. Gadis kecil ini adalah saya, Violetta. Bagaimanapun, saya sangat senang bertemu dengan saudari-saudari saya di panti asuhan itu. Ya, saudari-saudari saya di panti asuhan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, sementara para guru di sana sering memukuli kami tanpa alasan.
Bahkan mandi pun menjadi hal yang menakutkan bagi kami setiap hari Sabtu, karena airnya terasa begitu dingin, dan kami tidak pernah boleh menggunakan air hangat. Ya, saya masihlah seorang anak kecil yang muda dan tak berdosa kala itu. Seorang anak yang bekerja keras di kebun sekolah panti asuhan setiap hari. Bekerja dalam keadaan lapar, mulai pukul 5 pagi sampai pukul 5 atau 6 sore, saya hanya makan satu buah apel dan minum sedikit air.
Dulu kaki saya sering berdarah dan terasa sangat sakit terutama di bagian kuku, karena sepatu saya yang kekecilan. Sehingga bekerja di kebun sepanjang haripun menjadi terasa sangat menyakitkan, oh Tuhan, seperti mimpi buruk. Jari-jari dan kaki saya terasa sakit karena saya selalu memakai sepatu yang kecil. Saya tidak pernah diberikan sepatu yang muat dan sesuai ukuran kaki saya. Punggung saya pun terasa begitu sakit karena sebagai seorang anak kecil, saya telah melakukan semua pekerjaan berat.
Di panti asuhan itu, saya merasa seperti seorang budak bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Saya sangat menyesal [mengatakan ini], tapi sayangnya, itulah Rumania pada saat itu. Begitu menyedihkan! Beberapa kali saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya mungkin akan [segera] mati.
Saya merasakan penderitaan selama berada di sana, hidup sendirian dalam ketakutan, lapar, haus dan air mata setiap malam. Dan saya hanya berusaha untuk memiliki iman yang luar biasa terhadap Tuhan dan Yesus, “Tuhan” kami [saat itu].
Di tengah penderitaan dan lautan air mata serta kesedihan, saya kemudian menemukan cahaya ISLAM. Maka, bangkitlah! Bahkan bila kalian merasakan depresi maupun merasakan cinta setiap harinya. Dan bersyukurlah kepada Allah, nikmatilah matahari dan cintailah hujan, nikmatilah kekayaan dan cintailah kemiskinan, menjadi kuatlah dan bersyukurlah untuk segala yang kalian miliki. Karena hidup begitu singkat dan jangan sampai terlambat untuk mencintai diri kalian sendiri.
Saya telah menikah dengan seorang pemuda ketika saya masih berusia 18 tahun, tetapi sayangnya kami telah berpisah sekarang. Saya membesarkan dua anak saya dengan kesulitan yang sangat, tapi saya bangga! Mereka adalah cahaya hidup saya. Saya adalah seorang ibu yang bangga dengan seorang anak gadis berusia 14 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang saya sayangi. Pernikahan saya memang penuh dengan air mata, tapi bagi saya ini saatnya menjalani bab dua dalam hidup saya.
Pernikahan saya memang penuh dengan penderitaan dan air mata. Dalam waktu luang saya, saya membersihkan rumah orang lain untuk memperoleh sedikit uang. Namun, saya terus berdoa kepada Allah. Saya senang bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman hidup saya dan membantu orang-orang yang merasakan kelaparan.
Saya, Violetta, adalah seorang mualaf yang baru memeluk Islam. Saya mengucapkan syahadat saya pada 4 bulan yang lalu, dan saya merasa begitu bahagia.
Saya tidak mengeluhkan hidup saya. Saya bangga dan memiliki harapan untuk hari esok, bahkan ketika merasakan sakit, depresi, kecemasan atau hal-hal sedih lainnya, Allah ada, menunggumu, maka bukalah hatimu! Dan dengarlah seruan-Nya terhadap orang-orang yang Dia cintai! Dekatilah Dia, beritahu pada-Nya berapa banyak tangisanmu dan berapa banyak rasa sakit yang kau tanggung. Selalu ada kedamaian, selalu ada cinta. Kalian akan menemukan cinta dan kedamaian itu. Dan yang paling utama ialah, kalian akan diselamatkan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/belajar-ketegaran-violetta.html#sthash.IengcmiJ.dpuf

Sunday, July 28, 2013

Ketika hal kecil itu tak lagi bisa melengkapi

HAL KECIL YANG BEGITU HEBAT

Berdiri di ujung pesisi pantai, sejenak merenungi setiap kejadian yang terjadi di hidupku. Bukan untuk menyesali, bahkan menyalahkan Sang Pencipta, Na'udzubillahimindzalik.

Setiap kejadian yang terjadi, setiap ombak yang berbenturan dengan butiran pasir, setiap titik terjauh mata memandang pasti ada sebuah pelajaran yang bisa diambil. Namun, kenapa sampai detik ini belum satupun yang bisa terpikirkan?

Sebuah hal kecil yang mungkin sudah diatur oleh Sang Pencipta hanya menjadi pelengkap kehidupan kita, tak sedikitpun terpikir sejenak untuk merenungi bagaimana jika pelengkap kecil itu tak ada? bagaimana jika hal kecil yang melengkapi ini tak segera melengkapi bahkan tak melengkapi sama sekali. Bagaimana?

Sejenak berpikir kenapa mata ini bisa berkedip, bagaimana jika mata ini tak lagi bisa berkedip? Kering mata akan terjadi, dan tak akan tau lagi keindahan yang akan dunia tawarkan untuk mata ini. Bagaimana jika satu jari kaki kita tak memiliki penggerak? bagaimana jika tak ada titik terjauh mata kita ? dan bagaimana jika setiap nafas ini harus diatur waktunya?

Air mata perlahan menetes ketika memikirkan hal kecil yang ternyata selama ini begitu hebat melengkapi namun begitu mudah saya lupakan. Badan bergetar, ingin beranjak dari perenungan ini namun jiwa masih ingin memikirkan tentang semua hal kecil yang mungkin ada tertinggal dalam ingatan.

Tuesday, April 30, 2013

Kamu sudah Terlambat!


Kamu Sudah Terlambat..!!

Seringkali orang yang sedang mengejar prestasi atau karir tertentu, maka ia akan semangat dan terus bekerja keras demi menggapai apa yang ia inginkan. Misalnya seorang pelajar yang ingin menghafal juz 30 dari al-Qur’an, maka ia akan berusaha keras untuk bisa menghafalnya dengan berbagai metode. Seseorang yang bercita-cita menjadi dokter atau guru, maka ia akan giat belajar dan berusaha maksimal untuk meraih apa yang ia cita-citakan, ia akan korbankan harta dan jiwanya untuk menggapai hal itu.
Namun, ketika seseorang sudah merasa mendapatkan apa yang ia inginkan, maka ia merasa telah berada pada comfort zone (zona aman). Dan biasanya orang seperti ini tidak lagi termotivasi untuk meningkatkan kemampuan dirinya agar menjadi lebih baik lagi. Sehingga yang sebelumnya ia rajin belajar, rajin menghafal, rajin berdo’a, rajin beribadah dan lain sebagainya seolah terhenti ketika ia sudah merasa mendapatkan apa yang ia inginkan. Padahal, sebenarnya ia masih mampu untuk menjadi lebih baik lagi. Akibatnya, prestasi dan kemampuan/keahlian yang sudah berhasil diraihnya tidak ada peningkatan, bahkan semakin lama semakin menurun tanpa ia sadari.
Maka dari itu, agar anda terus termotovasi untuk meningkatkan prestasi anda, baik prestasi duniawi maupun ukhrowi. Yakinilah bahwa sebenarnya Kamu sudah terlambat..!!
Ya.. Kamu sudah terlambat..!!

Saturday, April 20, 2013

Yogyakarta - Sepanjang Jalan Perjuangan

Sebuah Perjalanan Perjuangan di Yogyakarta

Yogyakarta penuh dengan wisata dan saya sama sekali tak pernah tau dimana saja tempat wisata itu. Cuma pernah denger tentang parang tritis, malioboro, dsb. Dan kemarin secara tidak sengaja melewati kawasan yang cukup menarik buat saya, namun tak tau ini tempat wisata atau bukan. (*Nyengir). Tapi Nemuin keterangan bahwa daerah ini adalah Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta, Namanya Kota Gede.

Sebuah daerah yang saya tak pernah tahu dari sumber manapun, tapi menemukannya ketika sedang melakukan perjalanan malam untuk berjuang mencari pekerjaan. Yap, Saat itu saya baru pertama kali ke Yogyakarta menggunakan bus omprengan dan sampai di terminal yogyakarta.

Berangkat dari Surabaya menggunakan Eka yang pelayanannnya SuuuuPPPPeeRR ExcELLent (*Lebay dikit.. :p ), nyampe di Yogyakarta pukul 03.00 WIB. Karena orang baru dan ga tau apa apa tentang daerah situ, langsung deh di samperin banyak ojek untuk mengantarkan saya ke daerah tujuan yaitu UPN Veteran. Satu tukang ojek ngotot banged pengen nganter saya, tapi saya speak aja mau ke sleman. "SPEAK" ... :D

Daripada di terminal longak-longok dan dikira orang ilang, saya milih jalan keluar terminal dan mencari masjid untuk tempat berteduh dan mengurai penat sementara.

Sunday, April 14, 2013

Menjaga komitmen itu sulit

(Alunan lagu Endless Love - Reason bersenandung)
Aliran darah ini terus mengalir, mengisi setiap ruang tubuh yang membutuhkannya. Sepoi angin menyimbak tubuh ini yang sedang termenung di teras rumah. Pikiran melayang entah apa yang harus kulakukan lagi. Ya, Sebuah keputusan untuk terus menjaga komitmen yang telah ku buat sendiri sejak Agustus 2010.

Saat itu, hati ini begitu tegar menerima kenyataan. Aku memang orang tak berada, dan aku memang orang yang serba kekurangan. Tapi aku adalah seorang pejuang. Lewati hari ini begitu berat, penuh dengan isak tangis hati, penyesalan masa lalu dan diselimuti angin rindu kepada wanita. Sekali lagi aku berfikir saat itu aku adalah pejuang. I AM STRUGGLER!

Saturday, April 13, 2013

Harapan Palsu ?

Sedikit cerita dari sisi lain penulis yang agak metal (melllow sebentar la ... :p ). Akhir-akhir ini dunia mungkin sudah terbalik, atau dunia semakin maju hingga kelakuan manusia ikut maju makin "menge-enekkan". Melihat tingkah laku wanita saat ini (maaf buat para wanita.. ^_^) bisa dibilang membingungkan. entah memang niat awal atau salah terka dari lawan jenis yang melebih-lebihkan sesuatu terjadi pada dia dan si wanita.

Harapan palsu, yang kadang dirasakan oleh sebagian pria di muka bumi ini yang bernasib kurang. kenapa saya bilang bernasib kurang? Sebagian besar dari pria yang diberi harapan palsu oleh seorang wanita adalah mereka yang memiliki kekurangan secara fisik namun kelebihan secara mental dan pemikiran. wanita itu mendekati pria tersebut entah dengan maksud hanya berteman saja atau sekedar menjadi tempat keluh kesah saja. Namun, Taukah engkau para wanita apa yang dipikirkan seorang pria yang memiliki kekurangan dan ada seorang wanita mendekat padanya?