Pages

Monday, June 16, 2014

Sebuah Kisah - Istri yang sabar



 Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta'ala, karena rahmat dan karunia-Nya penulis masih bisa menulis dan membagi kisah-kisah inspiratif dari belakang layar.Ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala kadang berada di atas dan kadang berada di bawah. untuk itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk menjaga hati dan berdoa agar ditetapkan hati kita atas ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
sebuah kisah, sebuah renungan untuk para saudariku diluar sana yang sudah menikah. jadilah istri yang qonaah dan sabar. 
SEBUAH KISAH - ISTRI YANG SABAR

Saat cinta memenuhi hati, pastilah memercik pada perilaku manusia. Cinta yang paling tinggi, paling luhur, paling suci, dan paling manis adalah cinta kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Cinta kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan Cinta karena Allah subhanahu wa ta'ala.
                Alkisah, ada seorang wanita muda yang cantik. Cantik bagaikan bunga. Dia menikah dengan seorang laki-laki yang menurutnya bias mengumpulkan dunia untuknya. Hidup mereka berjalan memutar, dan laki-laki itu mulai kelihatan belangnya. Topeng buruknya terkuak semakin banyak, dari hari ke hari sampai akhirnya wanita itu mendapatkan anugerah dari Allah subhanahu wa ta'ala, dan mengetahui jalan hidayah melalui sahabat-sahabatnya. Laki – laki itu bersikap sangat keterlaluan, bahkan terhadap dirinya sendiri. Dia melalaikan Allah subhanahu wa ta'ala, tidak menghiraukan ajaran-ajaran agama, dan melakukan banyak pelanggaran, yang membuatnya layak mendapat murka Allah subhanahu wa ta'ala.
                Wanita itu merasakan dunia yang luas ini menjadi sempit. Dia mengalami kebingungan dalam menghadapi masalahnya ini. Apalagi semua usahanya untuk menasehatinya, menyadarkannya, bahkan bertengkar dengannya telah gagal total. Sebagian keluarganya menyarankan agar ia meninggalkan suaminya, begitu juga dengan sahabat-sahabatnya. Bahkan mereka mendesaknya agar segera melakukan hal itu.tapi dia menolak mentah-mentah dan berkata di dalam hati, “aku menikah dengan dia karena mengharapkan kekayaan dia. Lalu setelah aku mengetahui jalan hidayah, aku harus meninggalkannya? Tidak,tidak akan! Justru aku akan meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Aku akan menambah cintaku, perhatianku, dan kasih sayangku kepadanya. Dan aku bertekad untuk mengubah sikapku terhadapnya. Aku akan berusaha keras untuk memberikan aneka ragam seni interaksi kepadanya dengan sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya dariku. Dan pada saat yang sama, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetuk pintu langit, dengan sekuat tenaga tanpa adanya bosan. Aku akan memperkuat hubunganku dengan Allah subhanahu wa ta'ala ya mungkin, dengan cara beribadah, meningkatkan kadarnya, selalu berdoa, selalu tunduk dan patuh, melaksankan perintah-Nya, perbanyak sedekah, dsb. Mungkin ini bias menjadi sebuah wasilah, sebuah perantara kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Agar berkenan membantuku dalam mencapai apa yang aku inginkan. Aku akan tabah menghadapi kebodohannya dan sikapnya yang keras kepala. Serta apa saja yang mungkin dilakukan terhadapku. Aku hanya akan melakukan apa yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
                Beberapa bulan yang kering telah berlalu. Sementara langit wanita itu tidak menunjukkan tanda – tanda terbitnya. Akan tetapi ia tetap bertekad akan tetap melanjutkan tekadnya sampai akhir. Sehingga Allah subhanahu wa ta'ala memutuskan sesuatu yang harus dilakukan. Dia berjalan di atas dua jalur yang sejajar. Dia merubah siasatnya dalam menghadapi suaminya. Dia mengganti pendekatan nasihat secara langsung dengan mengalirkan topic topic yang bisa dibaca / didengarkan agar bisa sampai ke dalam hatinya. Atau secara implicit dia bisa menunjukkan akibat buruk yang dialami oleh banyak orang yang berpaling dari Allah azza wa jala. Dan siasat siasat yang lainnya, adalah dia meningkatkan ibadah kepada Allah. Melalui ibadah – ibadah sunnah, merendahkan diri, menangis, dan mengucurkan air mata di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala.
                Setelah mendapatkan hidayah dari Allah subhanahu wa ta'ala, setelah mata batinnya diterangi cahaya oleh Allah subhanahu wa ta'ala, dan setelah hatinya bersinar terang. Suaminyapun berkata : “ Istriku sangat berjasa dalam mengupayakan hidayah untukku. Dan mengeluarkan aku dari gelapnya kelalaian dan kesesatan. Ia benar – benar sabar dalam menghadapiku dan terus berusaha untuk tetap tabah. Ia berjuang kerasa dalam menghadapiku, seperti perjuangan seorang dokter spesialis dalam menghadapi pasien kritis yang hampir mati. Sementara dia berjuang keras untuk memperhatikan hidupnya, ia telah menunjukkan berbagai macam kesabaran, sementara ia juga berusaha membimbingku sedikit demi sedikit. Hal itu dilakukannya sampai saat dia dapat membuka hatiku untuk menerima cahaya dari Allah subhanahu wa ta'ala. Akupun meninggalkan semua kebiasaan masa laluku demi mengharapkan ridha alloh terhadapku. Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta'ala, Rabb semesta alam. Dan semogaAllah subhanahu wa ta'ala berkenan memberikan balasan atas jasa istriku tercinta.
Wallahu’alam

0 comments:

Post a Comment