Pages

Thursday, October 10, 2013

Belajar Ketegaran dari Violetta





Ini adalah perjalanan hidup Violetta, seorang mualaf yang pandai memandang perjalanan hidup sebagai pelajaran berharga. Sebuah perjalanan berhiaskan perjuangan yang memberi pelajaran bagi setiap orang yang juga berusaha menghargai ujian kehidupan.

Berikut adalah hikmah ketegaran yang disampaikan oleh Violetta, dalam rangkaian kata-katanya sendiri, [dengan pengeditan seperlunya], yang dibagikan oleh Youth Group.
Assalamu’alaykum,
Halo semua, saya akan membagi pengalaman saya kepada kalian. Saya menjalani hidup yang sangat sederhana dengan hal-hal sederhana dan indah, dan saya senang membuat orang bahagia. Jadi, saya akan membagi kisah saya kepada kalian.
Pertama-tama, bayangkanlah seorang gadis kecil yatim piatu berusia 10 tahun di Rumania. Ia menangis di sebuah ruangan kecil yang sangat dingin dan gelap. Ia tidur di lantai tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.
Setiap malam, di lantai kotor berbau dan penuh sampah, ia memimpikan memiliki sepotong roti karena ia merasa sangat lapar. Air matanya terus berlinang dan baru berhenti sekitar tengah malam ketika tubuhnya merasa begitu lelah. Tubuhnya dipenuhi dengan luka. Hatinya pun bertanya-tanya mengapa orang-orang [di panti asuhan] ini suka memukulinya dengan begitu keras setiap hari.
Melalui jendela, gadis kecil ini sangat senang melihat salju turun. Ia berusaha menikmati musim dingin dari dalam ruangan yang dingin itu, meskipun ia merasa seperti berada di dalam sangkar. Dari jendelanya, gadis kecil ini menyaksikan musim dingin di mana terlihat banyak rumah telah dihiasi lampu-lampu Natal yang bersinar begitu terang.
Ia tidak pernah tahu bagaimana rasa coklat ataupun jeruk. Gadis kecil ini tidak pernah mendapatkan hadiah Natal maupun sebuah boneka kecil, karena dulu ibunya sangat miskin. Ya, tidak pernah! Ia memandang ke luar jendela dan berkhayal bahwa pada suatu hari ia akan berada di bawah Pohon Natal dan membuka hadiah miliknya sendiri. Ia berada di panti asuhan itu karena ibu yang merawatnya meninggal dunia pada usia yang sangat muda. Setelah itu, hidup gadis ini pun berubah selamanya, ia berada di satu dunia yang dingin dan buruk.
Kala itu, tahun 1988, Rumania adalah sebuah negara komunis yang tidak memiliki kebebasan. Gadis kecil ini adalah saya, Violetta. Bagaimanapun, saya sangat senang bertemu dengan saudari-saudari saya di panti asuhan itu. Ya, saudari-saudari saya di panti asuhan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, sementara para guru di sana sering memukuli kami tanpa alasan.
Bahkan mandi pun menjadi hal yang menakutkan bagi kami setiap hari Sabtu, karena airnya terasa begitu dingin, dan kami tidak pernah boleh menggunakan air hangat. Ya, saya masihlah seorang anak kecil yang muda dan tak berdosa kala itu. Seorang anak yang bekerja keras di kebun sekolah panti asuhan setiap hari. Bekerja dalam keadaan lapar, mulai pukul 5 pagi sampai pukul 5 atau 6 sore, saya hanya makan satu buah apel dan minum sedikit air.
Dulu kaki saya sering berdarah dan terasa sangat sakit terutama di bagian kuku, karena sepatu saya yang kekecilan. Sehingga bekerja di kebun sepanjang haripun menjadi terasa sangat menyakitkan, oh Tuhan, seperti mimpi buruk. Jari-jari dan kaki saya terasa sakit karena saya selalu memakai sepatu yang kecil. Saya tidak pernah diberikan sepatu yang muat dan sesuai ukuran kaki saya. Punggung saya pun terasa begitu sakit karena sebagai seorang anak kecil, saya telah melakukan semua pekerjaan berat.
Di panti asuhan itu, saya merasa seperti seorang budak bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Saya sangat menyesal [mengatakan ini], tapi sayangnya, itulah Rumania pada saat itu. Begitu menyedihkan! Beberapa kali saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya mungkin akan [segera] mati.
Saya merasakan penderitaan selama berada di sana, hidup sendirian dalam ketakutan, lapar, haus dan air mata setiap malam. Dan saya hanya berusaha untuk memiliki iman yang luar biasa terhadap Tuhan dan Yesus, “Tuhan” kami [saat itu].
Di tengah penderitaan dan lautan air mata serta kesedihan, saya kemudian menemukan cahaya ISLAM. Maka, bangkitlah! Bahkan bila kalian merasakan depresi maupun merasakan cinta setiap harinya. Dan bersyukurlah kepada Allah, nikmatilah matahari dan cintailah hujan, nikmatilah kekayaan dan cintailah kemiskinan, menjadi kuatlah dan bersyukurlah untuk segala yang kalian miliki. Karena hidup begitu singkat dan jangan sampai terlambat untuk mencintai diri kalian sendiri.
Saya telah menikah dengan seorang pemuda ketika saya masih berusia 18 tahun, tetapi sayangnya kami telah berpisah sekarang. Saya membesarkan dua anak saya dengan kesulitan yang sangat, tapi saya bangga! Mereka adalah cahaya hidup saya. Saya adalah seorang ibu yang bangga dengan seorang anak gadis berusia 14 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang saya sayangi. Pernikahan saya memang penuh dengan air mata, tapi bagi saya ini saatnya menjalani bab dua dalam hidup saya.
Pernikahan saya memang penuh dengan penderitaan dan air mata. Dalam waktu luang saya, saya membersihkan rumah orang lain untuk memperoleh sedikit uang. Namun, saya terus berdoa kepada Allah. Saya senang bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman hidup saya dan membantu orang-orang yang merasakan kelaparan.
Saya, Violetta, adalah seorang mualaf yang baru memeluk Islam. Saya mengucapkan syahadat saya pada 4 bulan yang lalu, dan saya merasa begitu bahagia.
Saya tidak mengeluhkan hidup saya. Saya bangga dan memiliki harapan untuk hari esok, bahkan ketika merasakan sakit, depresi, kecemasan atau hal-hal sedih lainnya, Allah ada, menunggumu, maka bukalah hatimu! Dan dengarlah seruan-Nya terhadap orang-orang yang Dia cintai! Dekatilah Dia, beritahu pada-Nya berapa banyak tangisanmu dan berapa banyak rasa sakit yang kau tanggung. Selalu ada kedamaian, selalu ada cinta. Kalian akan menemukan cinta dan kedamaian itu. Dan yang paling utama ialah, kalian akan diselamatkan. -

See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/belajar-ketegaran-violetta.html#sthash.IengcmiJ.dpufasdad


Belajar ketegaran dari seorang Violetta

Kamis, 5 Zulhijjah 1434 H / 10 Oktober 2013 13:30

Belajar ketegaran dari seorang Violetta
Violetta
Ini adalah perjalanan hidup Violetta, seorang mualaf yang pandai memandang perjalanan hidup sebagai pelajaran berharga. Sebuah perjalanan berhiaskan perjuangan yang memberi pelajaran bagi setiap orang yang juga berusaha menghargai ujian kehidupan.
Berikut adalah hikmah ketegaran yang disampaikan oleh Violetta, dalam rangkaian kata-katanya sendiri, [dengan pengeditan seperlunya], yang dibagikan oleh Youth Group.
Assalamu’alaykum,
Halo semua, saya akan membagi pengalaman saya kepada kalian. Saya menjalani hidup yang sangat sederhana dengan hal-hal sederhana dan indah, dan saya senang membuat orang bahagia. Jadi, saya akan membagi kisah saya kepada kalian.
Pertama-tama, bayangkanlah seorang gadis kecil yatim piatu berusia 10 tahun di Rumania. Ia menangis di sebuah ruangan kecil yang sangat dingin dan gelap. Ia tidur di lantai tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.
Setiap malam, di lantai kotor berbau dan penuh sampah, ia memimpikan memiliki sepotong roti karena ia merasa sangat lapar. Air matanya terus berlinang dan baru berhenti sekitar tengah malam ketika tubuhnya merasa begitu lelah. Tubuhnya dipenuhi dengan luka. Hatinya pun bertanya-tanya mengapa orang-orang [di panti asuhan] ini suka memukulinya dengan begitu keras setiap hari.
Melalui jendela, gadis kecil ini sangat senang melihat salju turun. Ia berusaha menikmati musim dingin dari dalam ruangan yang dingin itu, meskipun ia merasa seperti berada di dalam sangkar. Dari jendelanya, gadis kecil ini menyaksikan musim dingin di mana terlihat banyak rumah telah dihiasi lampu-lampu Natal yang bersinar begitu terang.
Ia tidak pernah tahu bagaimana rasa coklat ataupun jeruk. Gadis kecil ini tidak pernah mendapatkan hadiah Natal maupun sebuah boneka kecil, karena dulu ibunya sangat miskin. Ya, tidak pernah! Ia memandang ke luar jendela dan berkhayal bahwa pada suatu hari ia akan berada di bawah Pohon Natal dan membuka hadiah miliknya sendiri. Ia berada di panti asuhan itu karena ibu yang merawatnya meninggal dunia pada usia yang sangat muda. Setelah itu, hidup gadis ini pun berubah selamanya, ia berada di satu dunia yang dingin dan buruk.
Kala itu, tahun 1988, Rumania adalah sebuah negara komunis yang tidak memiliki kebebasan. Gadis kecil ini adalah saya, Violetta. Bagaimanapun, saya sangat senang bertemu dengan saudari-saudari saya di panti asuhan itu. Ya, saudari-saudari saya di panti asuhan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, sementara para guru di sana sering memukuli kami tanpa alasan.
Bahkan mandi pun menjadi hal yang menakutkan bagi kami setiap hari Sabtu, karena airnya terasa begitu dingin, dan kami tidak pernah boleh menggunakan air hangat. Ya, saya masihlah seorang anak kecil yang muda dan tak berdosa kala itu. Seorang anak yang bekerja keras di kebun sekolah panti asuhan setiap hari. Bekerja dalam keadaan lapar, mulai pukul 5 pagi sampai pukul 5 atau 6 sore, saya hanya makan satu buah apel dan minum sedikit air.
Dulu kaki saya sering berdarah dan terasa sangat sakit terutama di bagian kuku, karena sepatu saya yang kekecilan. Sehingga bekerja di kebun sepanjang haripun menjadi terasa sangat menyakitkan, oh Tuhan, seperti mimpi buruk. Jari-jari dan kaki saya terasa sakit karena saya selalu memakai sepatu yang kecil. Saya tidak pernah diberikan sepatu yang muat dan sesuai ukuran kaki saya. Punggung saya pun terasa begitu sakit karena sebagai seorang anak kecil, saya telah melakukan semua pekerjaan berat.
Di panti asuhan itu, saya merasa seperti seorang budak bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Saya sangat menyesal [mengatakan ini], tapi sayangnya, itulah Rumania pada saat itu. Begitu menyedihkan! Beberapa kali saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya mungkin akan [segera] mati.
Saya merasakan penderitaan selama berada di sana, hidup sendirian dalam ketakutan, lapar, haus dan air mata setiap malam. Dan saya hanya berusaha untuk memiliki iman yang luar biasa terhadap Tuhan dan Yesus, “Tuhan” kami [saat itu].
Di tengah penderitaan dan lautan air mata serta kesedihan, saya kemudian menemukan cahaya ISLAM. Maka, bangkitlah! Bahkan bila kalian merasakan depresi maupun merasakan cinta setiap harinya. Dan bersyukurlah kepada Allah, nikmatilah matahari dan cintailah hujan, nikmatilah kekayaan dan cintailah kemiskinan, menjadi kuatlah dan bersyukurlah untuk segala yang kalian miliki. Karena hidup begitu singkat dan jangan sampai terlambat untuk mencintai diri kalian sendiri.
Saya telah menikah dengan seorang pemuda ketika saya masih berusia 18 tahun, tetapi sayangnya kami telah berpisah sekarang. Saya membesarkan dua anak saya dengan kesulitan yang sangat, tapi saya bangga! Mereka adalah cahaya hidup saya. Saya adalah seorang ibu yang bangga dengan seorang anak gadis berusia 14 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang saya sayangi. Pernikahan saya memang penuh dengan air mata, tapi bagi saya ini saatnya menjalani bab dua dalam hidup saya.
Pernikahan saya memang penuh dengan penderitaan dan air mata. Dalam waktu luang saya, saya membersihkan rumah orang lain untuk memperoleh sedikit uang. Namun, saya terus berdoa kepada Allah. Saya senang bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman hidup saya dan membantu orang-orang yang merasakan kelaparan.
Saya, Violetta, adalah seorang mualaf yang baru memeluk Islam. Saya mengucapkan syahadat saya pada 4 bulan yang lalu, dan saya merasa begitu bahagia.
Saya tidak mengeluhkan hidup saya. Saya bangga dan memiliki harapan untuk hari esok, bahkan ketika merasakan sakit, depresi, kecemasan atau hal-hal sedih lainnya, Allah ada, menunggumu, maka bukalah hatimu! Dan dengarlah seruan-Nya terhadap orang-orang yang Dia cintai! Dekatilah Dia, beritahu pada-Nya berapa banyak tangisanmu dan berapa banyak rasa sakit yang kau tanggung. Selalu ada kedamaian, selalu ada cinta. Kalian akan menemukan cinta dan kedamaian itu. Dan yang paling utama ialah, kalian akan diselamatkan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/belajar-ketegaran-violetta.html#sthash.IengcmiJ.dpuf



Belajar ketegaran dari seorang Violetta

Kamis, 5 Zulhijjah 1434 H / 10 Oktober 2013 13:30

Belajar ketegaran dari seorang Violetta
Violetta
Ini adalah perjalanan hidup Violetta, seorang mualaf yang pandai memandang perjalanan hidup sebagai pelajaran berharga. Sebuah perjalanan berhiaskan perjuangan yang memberi pelajaran bagi setiap orang yang juga berusaha menghargai ujian kehidupan.
Berikut adalah hikmah ketegaran yang disampaikan oleh Violetta, dalam rangkaian kata-katanya sendiri, [dengan pengeditan seperlunya], yang dibagikan oleh Youth Group.
Assalamu’alaykum,
Halo semua, saya akan membagi pengalaman saya kepada kalian. Saya menjalani hidup yang sangat sederhana dengan hal-hal sederhana dan indah, dan saya senang membuat orang bahagia. Jadi, saya akan membagi kisah saya kepada kalian.
Pertama-tama, bayangkanlah seorang gadis kecil yatim piatu berusia 10 tahun di Rumania. Ia menangis di sebuah ruangan kecil yang sangat dingin dan gelap. Ia tidur di lantai tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.
Setiap malam, di lantai kotor berbau dan penuh sampah, ia memimpikan memiliki sepotong roti karena ia merasa sangat lapar. Air matanya terus berlinang dan baru berhenti sekitar tengah malam ketika tubuhnya merasa begitu lelah. Tubuhnya dipenuhi dengan luka. Hatinya pun bertanya-tanya mengapa orang-orang [di panti asuhan] ini suka memukulinya dengan begitu keras setiap hari.
Melalui jendela, gadis kecil ini sangat senang melihat salju turun. Ia berusaha menikmati musim dingin dari dalam ruangan yang dingin itu, meskipun ia merasa seperti berada di dalam sangkar. Dari jendelanya, gadis kecil ini menyaksikan musim dingin di mana terlihat banyak rumah telah dihiasi lampu-lampu Natal yang bersinar begitu terang.
Ia tidak pernah tahu bagaimana rasa coklat ataupun jeruk. Gadis kecil ini tidak pernah mendapatkan hadiah Natal maupun sebuah boneka kecil, karena dulu ibunya sangat miskin. Ya, tidak pernah! Ia memandang ke luar jendela dan berkhayal bahwa pada suatu hari ia akan berada di bawah Pohon Natal dan membuka hadiah miliknya sendiri. Ia berada di panti asuhan itu karena ibu yang merawatnya meninggal dunia pada usia yang sangat muda. Setelah itu, hidup gadis ini pun berubah selamanya, ia berada di satu dunia yang dingin dan buruk.
Kala itu, tahun 1988, Rumania adalah sebuah negara komunis yang tidak memiliki kebebasan. Gadis kecil ini adalah saya, Violetta. Bagaimanapun, saya sangat senang bertemu dengan saudari-saudari saya di panti asuhan itu. Ya, saudari-saudari saya di panti asuhan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, sementara para guru di sana sering memukuli kami tanpa alasan.
Bahkan mandi pun menjadi hal yang menakutkan bagi kami setiap hari Sabtu, karena airnya terasa begitu dingin, dan kami tidak pernah boleh menggunakan air hangat. Ya, saya masihlah seorang anak kecil yang muda dan tak berdosa kala itu. Seorang anak yang bekerja keras di kebun sekolah panti asuhan setiap hari. Bekerja dalam keadaan lapar, mulai pukul 5 pagi sampai pukul 5 atau 6 sore, saya hanya makan satu buah apel dan minum sedikit air.
Dulu kaki saya sering berdarah dan terasa sangat sakit terutama di bagian kuku, karena sepatu saya yang kekecilan. Sehingga bekerja di kebun sepanjang haripun menjadi terasa sangat menyakitkan, oh Tuhan, seperti mimpi buruk. Jari-jari dan kaki saya terasa sakit karena saya selalu memakai sepatu yang kecil. Saya tidak pernah diberikan sepatu yang muat dan sesuai ukuran kaki saya. Punggung saya pun terasa begitu sakit karena sebagai seorang anak kecil, saya telah melakukan semua pekerjaan berat.
Di panti asuhan itu, saya merasa seperti seorang budak bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Saya sangat menyesal [mengatakan ini], tapi sayangnya, itulah Rumania pada saat itu. Begitu menyedihkan! Beberapa kali saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya mungkin akan [segera] mati.
Saya merasakan penderitaan selama berada di sana, hidup sendirian dalam ketakutan, lapar, haus dan air mata setiap malam. Dan saya hanya berusaha untuk memiliki iman yang luar biasa terhadap Tuhan dan Yesus, “Tuhan” kami [saat itu].
Di tengah penderitaan dan lautan air mata serta kesedihan, saya kemudian menemukan cahaya ISLAM. Maka, bangkitlah! Bahkan bila kalian merasakan depresi maupun merasakan cinta setiap harinya. Dan bersyukurlah kepada Allah, nikmatilah matahari dan cintailah hujan, nikmatilah kekayaan dan cintailah kemiskinan, menjadi kuatlah dan bersyukurlah untuk segala yang kalian miliki. Karena hidup begitu singkat dan jangan sampai terlambat untuk mencintai diri kalian sendiri.
Saya telah menikah dengan seorang pemuda ketika saya masih berusia 18 tahun, tetapi sayangnya kami telah berpisah sekarang. Saya membesarkan dua anak saya dengan kesulitan yang sangat, tapi saya bangga! Mereka adalah cahaya hidup saya. Saya adalah seorang ibu yang bangga dengan seorang anak gadis berusia 14 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang saya sayangi. Pernikahan saya memang penuh dengan air mata, tapi bagi saya ini saatnya menjalani bab dua dalam hidup saya.
Pernikahan saya memang penuh dengan penderitaan dan air mata. Dalam waktu luang saya, saya membersihkan rumah orang lain untuk memperoleh sedikit uang. Namun, saya terus berdoa kepada Allah. Saya senang bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman hidup saya dan membantu orang-orang yang merasakan kelaparan.
Saya, Violetta, adalah seorang mualaf yang baru memeluk Islam. Saya mengucapkan syahadat saya pada 4 bulan yang lalu, dan saya merasa begitu bahagia.
Saya tidak mengeluhkan hidup saya. Saya bangga dan memiliki harapan untuk hari esok, bahkan ketika merasakan sakit, depresi, kecemasan atau hal-hal sedih lainnya, Allah ada, menunggumu, maka bukalah hatimu! Dan dengarlah seruan-Nya terhadap orang-orang yang Dia cintai! Dekatilah Dia, beritahu pada-Nya berapa banyak tangisanmu dan berapa banyak rasa sakit yang kau tanggung. Selalu ada kedamaian, selalu ada cinta. Kalian akan menemukan cinta dan kedamaian itu. Dan yang paling utama ialah, kalian akan diselamatkan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/belajar-ketegaran-violetta.html#sthash.IengcmiJ.dpuf



Belajar ketegaran dari seorang Violetta

Kamis, 5 Zulhijjah 1434 H / 10 Oktober 2013 13:30

Belajar ketegaran dari seorang Violetta
Violetta
Ini adalah perjalanan hidup Violetta, seorang mualaf yang pandai memandang perjalanan hidup sebagai pelajaran berharga. Sebuah perjalanan berhiaskan perjuangan yang memberi pelajaran bagi setiap orang yang juga berusaha menghargai ujian kehidupan.
Berikut adalah hikmah ketegaran yang disampaikan oleh Violetta, dalam rangkaian kata-katanya sendiri, [dengan pengeditan seperlunya], yang dibagikan oleh Youth Group.
Assalamu’alaykum,
Halo semua, saya akan membagi pengalaman saya kepada kalian. Saya menjalani hidup yang sangat sederhana dengan hal-hal sederhana dan indah, dan saya senang membuat orang bahagia. Jadi, saya akan membagi kisah saya kepada kalian.
Pertama-tama, bayangkanlah seorang gadis kecil yatim piatu berusia 10 tahun di Rumania. Ia menangis di sebuah ruangan kecil yang sangat dingin dan gelap. Ia tidur di lantai tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.
Setiap malam, di lantai kotor berbau dan penuh sampah, ia memimpikan memiliki sepotong roti karena ia merasa sangat lapar. Air matanya terus berlinang dan baru berhenti sekitar tengah malam ketika tubuhnya merasa begitu lelah. Tubuhnya dipenuhi dengan luka. Hatinya pun bertanya-tanya mengapa orang-orang [di panti asuhan] ini suka memukulinya dengan begitu keras setiap hari.
Melalui jendela, gadis kecil ini sangat senang melihat salju turun. Ia berusaha menikmati musim dingin dari dalam ruangan yang dingin itu, meskipun ia merasa seperti berada di dalam sangkar. Dari jendelanya, gadis kecil ini menyaksikan musim dingin di mana terlihat banyak rumah telah dihiasi lampu-lampu Natal yang bersinar begitu terang.
Ia tidak pernah tahu bagaimana rasa coklat ataupun jeruk. Gadis kecil ini tidak pernah mendapatkan hadiah Natal maupun sebuah boneka kecil, karena dulu ibunya sangat miskin. Ya, tidak pernah! Ia memandang ke luar jendela dan berkhayal bahwa pada suatu hari ia akan berada di bawah Pohon Natal dan membuka hadiah miliknya sendiri. Ia berada di panti asuhan itu karena ibu yang merawatnya meninggal dunia pada usia yang sangat muda. Setelah itu, hidup gadis ini pun berubah selamanya, ia berada di satu dunia yang dingin dan buruk.
Kala itu, tahun 1988, Rumania adalah sebuah negara komunis yang tidak memiliki kebebasan. Gadis kecil ini adalah saya, Violetta. Bagaimanapun, saya sangat senang bertemu dengan saudari-saudari saya di panti asuhan itu. Ya, saudari-saudari saya di panti asuhan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, sementara para guru di sana sering memukuli kami tanpa alasan.
Bahkan mandi pun menjadi hal yang menakutkan bagi kami setiap hari Sabtu, karena airnya terasa begitu dingin, dan kami tidak pernah boleh menggunakan air hangat. Ya, saya masihlah seorang anak kecil yang muda dan tak berdosa kala itu. Seorang anak yang bekerja keras di kebun sekolah panti asuhan setiap hari. Bekerja dalam keadaan lapar, mulai pukul 5 pagi sampai pukul 5 atau 6 sore, saya hanya makan satu buah apel dan minum sedikit air.
Dulu kaki saya sering berdarah dan terasa sangat sakit terutama di bagian kuku, karena sepatu saya yang kekecilan. Sehingga bekerja di kebun sepanjang haripun menjadi terasa sangat menyakitkan, oh Tuhan, seperti mimpi buruk. Jari-jari dan kaki saya terasa sakit karena saya selalu memakai sepatu yang kecil. Saya tidak pernah diberikan sepatu yang muat dan sesuai ukuran kaki saya. Punggung saya pun terasa begitu sakit karena sebagai seorang anak kecil, saya telah melakukan semua pekerjaan berat.
Di panti asuhan itu, saya merasa seperti seorang budak bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Saya sangat menyesal [mengatakan ini], tapi sayangnya, itulah Rumania pada saat itu. Begitu menyedihkan! Beberapa kali saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya mungkin akan [segera] mati.
Saya merasakan penderitaan selama berada di sana, hidup sendirian dalam ketakutan, lapar, haus dan air mata setiap malam. Dan saya hanya berusaha untuk memiliki iman yang luar biasa terhadap Tuhan dan Yesus, “Tuhan” kami [saat itu].
Di tengah penderitaan dan lautan air mata serta kesedihan, saya kemudian menemukan cahaya ISLAM. Maka, bangkitlah! Bahkan bila kalian merasakan depresi maupun merasakan cinta setiap harinya. Dan bersyukurlah kepada Allah, nikmatilah matahari dan cintailah hujan, nikmatilah kekayaan dan cintailah kemiskinan, menjadi kuatlah dan bersyukurlah untuk segala yang kalian miliki. Karena hidup begitu singkat dan jangan sampai terlambat untuk mencintai diri kalian sendiri.
Saya telah menikah dengan seorang pemuda ketika saya masih berusia 18 tahun, tetapi sayangnya kami telah berpisah sekarang. Saya membesarkan dua anak saya dengan kesulitan yang sangat, tapi saya bangga! Mereka adalah cahaya hidup saya. Saya adalah seorang ibu yang bangga dengan seorang anak gadis berusia 14 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang saya sayangi. Pernikahan saya memang penuh dengan air mata, tapi bagi saya ini saatnya menjalani bab dua dalam hidup saya.
Pernikahan saya memang penuh dengan penderitaan dan air mata. Dalam waktu luang saya, saya membersihkan rumah orang lain untuk memperoleh sedikit uang. Namun, saya terus berdoa kepada Allah. Saya senang bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman hidup saya dan membantu orang-orang yang merasakan kelaparan.
Saya, Violetta, adalah seorang mualaf yang baru memeluk Islam. Saya mengucapkan syahadat saya pada 4 bulan yang lalu, dan saya merasa begitu bahagia.
Saya tidak mengeluhkan hidup saya. Saya bangga dan memiliki harapan untuk hari esok, bahkan ketika merasakan sakit, depresi, kecemasan atau hal-hal sedih lainnya, Allah ada, menunggumu, maka bukalah hatimu! Dan dengarlah seruan-Nya terhadap orang-orang yang Dia cintai! Dekatilah Dia, beritahu pada-Nya berapa banyak tangisanmu dan berapa banyak rasa sakit yang kau tanggung. Selalu ada kedamaian, selalu ada cinta. Kalian akan menemukan cinta dan kedamaian itu. Dan yang paling utama ialah, kalian akan diselamatkan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/belajar-ketegaran-violetta.html#sthash.IengcmiJ.dpuf



Belajar ketegaran dari seorang Violetta

Kamis, 5 Zulhijjah 1434 H / 10 Oktober 2013 13:30

Belajar ketegaran dari seorang Violetta
Violetta
Ini adalah perjalanan hidup Violetta, seorang mualaf yang pandai memandang perjalanan hidup sebagai pelajaran berharga. Sebuah perjalanan berhiaskan perjuangan yang memberi pelajaran bagi setiap orang yang juga berusaha menghargai ujian kehidupan.
Berikut adalah hikmah ketegaran yang disampaikan oleh Violetta, dalam rangkaian kata-katanya sendiri, [dengan pengeditan seperlunya], yang dibagikan oleh Youth Group.
Assalamu’alaykum,
Halo semua, saya akan membagi pengalaman saya kepada kalian. Saya menjalani hidup yang sangat sederhana dengan hal-hal sederhana dan indah, dan saya senang membuat orang bahagia. Jadi, saya akan membagi kisah saya kepada kalian.
Pertama-tama, bayangkanlah seorang gadis kecil yatim piatu berusia 10 tahun di Rumania. Ia menangis di sebuah ruangan kecil yang sangat dingin dan gelap. Ia tidur di lantai tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.
Setiap malam, di lantai kotor berbau dan penuh sampah, ia memimpikan memiliki sepotong roti karena ia merasa sangat lapar. Air matanya terus berlinang dan baru berhenti sekitar tengah malam ketika tubuhnya merasa begitu lelah. Tubuhnya dipenuhi dengan luka. Hatinya pun bertanya-tanya mengapa orang-orang [di panti asuhan] ini suka memukulinya dengan begitu keras setiap hari.
Melalui jendela, gadis kecil ini sangat senang melihat salju turun. Ia berusaha menikmati musim dingin dari dalam ruangan yang dingin itu, meskipun ia merasa seperti berada di dalam sangkar. Dari jendelanya, gadis kecil ini menyaksikan musim dingin di mana terlihat banyak rumah telah dihiasi lampu-lampu Natal yang bersinar begitu terang.
Ia tidak pernah tahu bagaimana rasa coklat ataupun jeruk. Gadis kecil ini tidak pernah mendapatkan hadiah Natal maupun sebuah boneka kecil, karena dulu ibunya sangat miskin. Ya, tidak pernah! Ia memandang ke luar jendela dan berkhayal bahwa pada suatu hari ia akan berada di bawah Pohon Natal dan membuka hadiah miliknya sendiri. Ia berada di panti asuhan itu karena ibu yang merawatnya meninggal dunia pada usia yang sangat muda. Setelah itu, hidup gadis ini pun berubah selamanya, ia berada di satu dunia yang dingin dan buruk.
Kala itu, tahun 1988, Rumania adalah sebuah negara komunis yang tidak memiliki kebebasan. Gadis kecil ini adalah saya, Violetta. Bagaimanapun, saya sangat senang bertemu dengan saudari-saudari saya di panti asuhan itu. Ya, saudari-saudari saya di panti asuhan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, sementara para guru di sana sering memukuli kami tanpa alasan.
Bahkan mandi pun menjadi hal yang menakutkan bagi kami setiap hari Sabtu, karena airnya terasa begitu dingin, dan kami tidak pernah boleh menggunakan air hangat. Ya, saya masihlah seorang anak kecil yang muda dan tak berdosa kala itu. Seorang anak yang bekerja keras di kebun sekolah panti asuhan setiap hari. Bekerja dalam keadaan lapar, mulai pukul 5 pagi sampai pukul 5 atau 6 sore, saya hanya makan satu buah apel dan minum sedikit air.
Dulu kaki saya sering berdarah dan terasa sangat sakit terutama di bagian kuku, karena sepatu saya yang kekecilan. Sehingga bekerja di kebun sepanjang haripun menjadi terasa sangat menyakitkan, oh Tuhan, seperti mimpi buruk. Jari-jari dan kaki saya terasa sakit karena saya selalu memakai sepatu yang kecil. Saya tidak pernah diberikan sepatu yang muat dan sesuai ukuran kaki saya. Punggung saya pun terasa begitu sakit karena sebagai seorang anak kecil, saya telah melakukan semua pekerjaan berat.
Di panti asuhan itu, saya merasa seperti seorang budak bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Saya sangat menyesal [mengatakan ini], tapi sayangnya, itulah Rumania pada saat itu. Begitu menyedihkan! Beberapa kali saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya mungkin akan [segera] mati.
Saya merasakan penderitaan selama berada di sana, hidup sendirian dalam ketakutan, lapar, haus dan air mata setiap malam. Dan saya hanya berusaha untuk memiliki iman yang luar biasa terhadap Tuhan dan Yesus, “Tuhan” kami [saat itu].
Di tengah penderitaan dan lautan air mata serta kesedihan, saya kemudian menemukan cahaya ISLAM. Maka, bangkitlah! Bahkan bila kalian merasakan depresi maupun merasakan cinta setiap harinya. Dan bersyukurlah kepada Allah, nikmatilah matahari dan cintailah hujan, nikmatilah kekayaan dan cintailah kemiskinan, menjadi kuatlah dan bersyukurlah untuk segala yang kalian miliki. Karena hidup begitu singkat dan jangan sampai terlambat untuk mencintai diri kalian sendiri.
Saya telah menikah dengan seorang pemuda ketika saya masih berusia 18 tahun, tetapi sayangnya kami telah berpisah sekarang. Saya membesarkan dua anak saya dengan kesulitan yang sangat, tapi saya bangga! Mereka adalah cahaya hidup saya. Saya adalah seorang ibu yang bangga dengan seorang anak gadis berusia 14 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang saya sayangi. Pernikahan saya memang penuh dengan air mata, tapi bagi saya ini saatnya menjalani bab dua dalam hidup saya.
Pernikahan saya memang penuh dengan penderitaan dan air mata. Dalam waktu luang saya, saya membersihkan rumah orang lain untuk memperoleh sedikit uang. Namun, saya terus berdoa kepada Allah. Saya senang bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman hidup saya dan membantu orang-orang yang merasakan kelaparan.
Saya, Violetta, adalah seorang mualaf yang baru memeluk Islam. Saya mengucapkan syahadat saya pada 4 bulan yang lalu, dan saya merasa begitu bahagia.
Saya tidak mengeluhkan hidup saya. Saya bangga dan memiliki harapan untuk hari esok, bahkan ketika merasakan sakit, depresi, kecemasan atau hal-hal sedih lainnya, Allah ada, menunggumu, maka bukalah hatimu! Dan dengarlah seruan-Nya terhadap orang-orang yang Dia cintai! Dekatilah Dia, beritahu pada-Nya berapa banyak tangisanmu dan berapa banyak rasa sakit yang kau tanggung. Selalu ada kedamaian, selalu ada cinta. Kalian akan menemukan cinta dan kedamaian itu. Dan yang paling utama ialah, kalian akan diselamatkan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/belajar-ketegaran-violetta.html#sthash.IengcmiJ.dpuf

Sunday, July 28, 2013

Ketika hal kecil itu tak lagi bisa melengkapi

HAL KECIL YANG BEGITU HEBAT

Berdiri di ujung pesisi pantai, sejenak merenungi setiap kejadian yang terjadi di hidupku. Bukan untuk menyesali, bahkan menyalahkan Sang Pencipta, Na'udzubillahimindzalik.

Setiap kejadian yang terjadi, setiap ombak yang berbenturan dengan butiran pasir, setiap titik terjauh mata memandang pasti ada sebuah pelajaran yang bisa diambil. Namun, kenapa sampai detik ini belum satupun yang bisa terpikirkan?

Sebuah hal kecil yang mungkin sudah diatur oleh Sang Pencipta hanya menjadi pelengkap kehidupan kita, tak sedikitpun terpikir sejenak untuk merenungi bagaimana jika pelengkap kecil itu tak ada? bagaimana jika hal kecil yang melengkapi ini tak segera melengkapi bahkan tak melengkapi sama sekali. Bagaimana?

Sejenak berpikir kenapa mata ini bisa berkedip, bagaimana jika mata ini tak lagi bisa berkedip? Kering mata akan terjadi, dan tak akan tau lagi keindahan yang akan dunia tawarkan untuk mata ini. Bagaimana jika satu jari kaki kita tak memiliki penggerak? bagaimana jika tak ada titik terjauh mata kita ? dan bagaimana jika setiap nafas ini harus diatur waktunya?

Air mata perlahan menetes ketika memikirkan hal kecil yang ternyata selama ini begitu hebat melengkapi namun begitu mudah saya lupakan. Badan bergetar, ingin beranjak dari perenungan ini namun jiwa masih ingin memikirkan tentang semua hal kecil yang mungkin ada tertinggal dalam ingatan.

Tuesday, April 30, 2013

Kamu sudah Terlambat!


Kamu Sudah Terlambat..!!

Seringkali orang yang sedang mengejar prestasi atau karir tertentu, maka ia akan semangat dan terus bekerja keras demi menggapai apa yang ia inginkan. Misalnya seorang pelajar yang ingin menghafal juz 30 dari al-Qur’an, maka ia akan berusaha keras untuk bisa menghafalnya dengan berbagai metode. Seseorang yang bercita-cita menjadi dokter atau guru, maka ia akan giat belajar dan berusaha maksimal untuk meraih apa yang ia cita-citakan, ia akan korbankan harta dan jiwanya untuk menggapai hal itu.
Namun, ketika seseorang sudah merasa mendapatkan apa yang ia inginkan, maka ia merasa telah berada pada comfort zone (zona aman). Dan biasanya orang seperti ini tidak lagi termotivasi untuk meningkatkan kemampuan dirinya agar menjadi lebih baik lagi. Sehingga yang sebelumnya ia rajin belajar, rajin menghafal, rajin berdo’a, rajin beribadah dan lain sebagainya seolah terhenti ketika ia sudah merasa mendapatkan apa yang ia inginkan. Padahal, sebenarnya ia masih mampu untuk menjadi lebih baik lagi. Akibatnya, prestasi dan kemampuan/keahlian yang sudah berhasil diraihnya tidak ada peningkatan, bahkan semakin lama semakin menurun tanpa ia sadari.
Maka dari itu, agar anda terus termotovasi untuk meningkatkan prestasi anda, baik prestasi duniawi maupun ukhrowi. Yakinilah bahwa sebenarnya Kamu sudah terlambat..!!
Ya.. Kamu sudah terlambat..!!

Saturday, April 20, 2013

Yogyakarta - Sepanjang Jalan Perjuangan

Sebuah Perjalanan Perjuangan di Yogyakarta

Yogyakarta penuh dengan wisata dan saya sama sekali tak pernah tau dimana saja tempat wisata itu. Cuma pernah denger tentang parang tritis, malioboro, dsb. Dan kemarin secara tidak sengaja melewati kawasan yang cukup menarik buat saya, namun tak tau ini tempat wisata atau bukan. (*Nyengir). Tapi Nemuin keterangan bahwa daerah ini adalah Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta, Namanya Kota Gede.

Sebuah daerah yang saya tak pernah tahu dari sumber manapun, tapi menemukannya ketika sedang melakukan perjalanan malam untuk berjuang mencari pekerjaan. Yap, Saat itu saya baru pertama kali ke Yogyakarta menggunakan bus omprengan dan sampai di terminal yogyakarta.

Berangkat dari Surabaya menggunakan Eka yang pelayanannnya SuuuuPPPPeeRR ExcELLent (*Lebay dikit.. :p ), nyampe di Yogyakarta pukul 03.00 WIB. Karena orang baru dan ga tau apa apa tentang daerah situ, langsung deh di samperin banyak ojek untuk mengantarkan saya ke daerah tujuan yaitu UPN Veteran. Satu tukang ojek ngotot banged pengen nganter saya, tapi saya speak aja mau ke sleman. "SPEAK" ... :D

Daripada di terminal longak-longok dan dikira orang ilang, saya milih jalan keluar terminal dan mencari masjid untuk tempat berteduh dan mengurai penat sementara.

Sunday, April 14, 2013

Menjaga komitmen itu sulit

(Alunan lagu Endless Love - Reason bersenandung)
Aliran darah ini terus mengalir, mengisi setiap ruang tubuh yang membutuhkannya. Sepoi angin menyimbak tubuh ini yang sedang termenung di teras rumah. Pikiran melayang entah apa yang harus kulakukan lagi. Ya, Sebuah keputusan untuk terus menjaga komitmen yang telah ku buat sendiri sejak Agustus 2010.

Saat itu, hati ini begitu tegar menerima kenyataan. Aku memang orang tak berada, dan aku memang orang yang serba kekurangan. Tapi aku adalah seorang pejuang. Lewati hari ini begitu berat, penuh dengan isak tangis hati, penyesalan masa lalu dan diselimuti angin rindu kepada wanita. Sekali lagi aku berfikir saat itu aku adalah pejuang. I AM STRUGGLER!

Saturday, April 13, 2013

Harapan Palsu ?

Sedikit cerita dari sisi lain penulis yang agak metal (melllow sebentar la ... :p ). Akhir-akhir ini dunia mungkin sudah terbalik, atau dunia semakin maju hingga kelakuan manusia ikut maju makin "menge-enekkan". Melihat tingkah laku wanita saat ini (maaf buat para wanita.. ^_^) bisa dibilang membingungkan. entah memang niat awal atau salah terka dari lawan jenis yang melebih-lebihkan sesuatu terjadi pada dia dan si wanita.

Harapan palsu, yang kadang dirasakan oleh sebagian pria di muka bumi ini yang bernasib kurang. kenapa saya bilang bernasib kurang? Sebagian besar dari pria yang diberi harapan palsu oleh seorang wanita adalah mereka yang memiliki kekurangan secara fisik namun kelebihan secara mental dan pemikiran. wanita itu mendekati pria tersebut entah dengan maksud hanya berteman saja atau sekedar menjadi tempat keluh kesah saja. Namun, Taukah engkau para wanita apa yang dipikirkan seorang pria yang memiliki kekurangan dan ada seorang wanita mendekat padanya?

Tuesday, April 09, 2013

Sempu Island - Amazing Beach


Assalammualaikum
Kalo ngomongin tempat rekreasi di Indonesia, kita bisa sebut banyak banget apalagi kalo pantai... banyak bangeddddd :D. Untuk mencapai Pantai biasanya kita hanya menggunakan kendaraan dan sampai ke tempat rekreasi tersebut. Nah, ada tempat wisata yang beda nih, kita harus berjuang mencapai tempat wisata itu. dan harus berkotor kotor ria serta melewati hutan belantara mirip hutan di film PREDATOR. 



Sempu Island, Sebuah pulau yang letaknya di Jawa Timur, Tepatnya di Batu. Untuk mencapai tempat ini, saya berangkat dari Kediri melewati jalan liku malang, dan harus melewati jalanan hutan sepanjang 14Km. Saya berangkat bersama kawan - kawan dari Pare di Pandu oleh Tutor kami Mr. Abdul yang sudah berpengalaman bolak-balik Sempu Island tiap 2 Minggu. (*kayak udah kampung sendiri ya.. :D)

Perjalanan dimulai tepat pukul 07.00 WIB. Masing - masing dari kami mempersiapkan bekal, bahan, dan barang bawaan yang nanti bakal di butuhin pas perjalanan. Barang yang wajib di siapkan adalah Sepatu Hiking Sewaan, Tenda (Jika mau menginap) dan Air Mineral. Untuk yang suka pake sunblock, ga usah dipake deh, karena di hutan nanti ga akan terpakai, karena pepohonan menutupi sinar matahari. Setelah semua selesai, perjalanan kami mulai dengan menyebrang pulau menggunakan kapal penduduk sekitar. sekitar 10 Menit untuk mencapai Pulau tersebut.

Friday, January 11, 2013

Meninggalkan Yang Haram

Terdapat dalam suatu riwayat bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

من ترك شيئاً لله عوضه الله خيراً منه
"Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan mengganti baginya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang ia tinggalakan."

Hadits dengan lafazh seperti ini menurut para ulama ahli hadits adalah dha’if, meskipun hadits ini sudah sangat populer dikalangan kaum muslimin. Akan tetapi terdapat riwayat lain yang semakna dengan hadits ini dengan redaksi yang berbeda, yaitu hadits dari Abu Qatadah dan Abu Dahma’; meraka berkat: kami datang kepada seseorang dari penduduk suku badui, kemudian kami bertanya kepadanya: apakah anda pernah mendengar sesuatu dari Rasulullah?, dia menjawab: saya pernah mendengar dari Rasulullah bersabda:

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

"Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, kecuali Allah akan mengganti bagimu denga sesuatu yang lebih baik dari apa yang kamu tinggalkan."

(hadits riwayat Ahmad. Syaikh al-Albani menshahihkan hadits ini)

Tuesday, January 08, 2013


KISAH NYATA ARIF SI NARAPIDANA CILIK YANG CERDAS






Beberapa waktu yang lalu, membaca sebuah artikel mengenai seorang anak kecil yang Cerdas tapi harus mendekam di balik jeruji, sungguh kisah yang sangat menginspirasi saya pribadi. dimana kita berada kita harus bisa mengasah kreatifitas meski itu berada di balik jeruji. namun kreatifitas itu haruslah digunakan untuk yang positif. dan teguran kepada PIHAK Berwajib, Kalo nanganin orang miskin cepet bener... tapi kalo nanganin kasus pembunuhan -_- ZZzzzzzzz...

Semoga kisah ini tak terulang kepada mereka yang cerdas sehingga dapat mengapresiasikan kecerdasannya di luar sana agar lebih berguna bagi orang banyak.